Minggu, 02 Januari 2011

poems

SELAMATAN
telah kuikhlaskan rasa sakit itu sebelum terjadi
ketika dan sesudahnya
telah kutaburkan di wajahmu wewangian kembang
dan kupanjatkan doa ampunan bagimu
tapi aku tak berhak mewakili hati rakyatmu
sebab tenaga untuk menegakkan kakiku sendiri ini
kupinjam dari mereka
aku tak memiliki harkat kedaulatan mereka
serta tak kugenggam kuara nurani mereka
yang diterima dari Tuhan
oleh karena itu
jika engkau mengharapkan keselamatan di esok hari
temuilah sendiri ruh mereka
kalau matahari digelapkan
kalau tanah titipan dirampas
kalau udara disedot
kalau malam disiangkan dan siang dimalamkan
kalau hak akal sehat dibuntu
hendaklah siapapun ingat bahwa aku tak berhak menawar
apa sikap Tuhanku atas kebodohan itu
oleh karena itu
jika engkau masih mungkin percaya
bahwa engkau butuh keselamatan esok pagi
ketuklah sendiri pintu Tuhan yang sejak lama
mengasingkan diri dirumah nurani rakyatmu

Sang Pemimpi.


"Aku ingin mendaki puncak tantangan,
menerjang batu granit kesulitan,
menggoda mara bahaya,
dan memecahkan misteri dengan sains.
Aku ingin menghirup berupa-rupa pengalaman lalu terjun bebas
menyelami labirin lika-liku hidup yang ujungnya tak dapat disangka.
Aku mendamba kehidupan
dengan kemungkinan-kemungkinan yang bereaksi satu sama lain
seperti benturan molekul uranium:
meletup tak terduga-duga, menyerap,
mengikat, mengganda, berkembang, terurai,
dan berpencar ke arah yang mengejutkan."

"Aku ingin ke tempat-tempat yang jauh,
menjumpai beragam bahasa dan orang-orang asing.
Aku ingin berkelana,
menemukan arahku dengan membaca bintang gemintang.
Aku ingin mengarungi padang dan gurun-gurun,
ingin melepuh terbakar matahari,
limbung dihantam angin,
dan menciut dicengkeram dingin.
Aku ingin kehidupan yang menggetarkan,
penuh dengan penaklukan.
Aku ingin hidup!
Ingin merasakan sari pati hidup!"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar